Sabtu, 18 Maret 2023

Tugas 2: Hasil Analisis dari Inovasi Bentuk Figur Kayon Wayang Kulit Purwa Gaya Surakarta (Pandu Pramudita, 2023)

    Assalamu'alaikum, salam sejahtera bagi kita semua.

    Pada kali ini saya akan mengkaji sebuah siaran langsung di YouTube yang memiliki judul Live Pascasarjana ISI Surakarta (Ujian Terbuka Promosi Doktor Pandu Pramudita) yang berlangsung pada tanggal 14 Maret 2023 di kanal YouTube ISI Surakarta Official.  Pada Ujian Terbuka Promosi Doktor ini, Pandu Pramudita membahas tentang pengkajian seni dengan judul "Inovasi Bentuk Figur Kayon Wayang Kulit Purwa Gaya Surakarta" pada Program Doktor Seni Pascasarjana Institut Seni Indonesia Surakarta.

    Sumber: Kanal YouTube ISI Surakarta Official

    Latar Belakang

    "Seni wayang kulit memiliki nilai yang tinggi, tidak hanya dari segi pertunjukan dan sastra, tetapi juga dari segi bentuk" (Pandu Pramudita, 2023). Gunungan dalam wayang biasa disebut dengan sebutan "Kayon", yang merupakan salah satu unsur penunjang pertunjukan wayang. Gunungan atau Kayon ini memiliki ragam hias yang sangat unik dan memiliki makna atau arti yang dalam. Disebut Gunungan karena Kayon ini memiliki bentuk segitiga seperti menyerupai bentuk dari gunung. Kata yang disebut kayon ini berasal dari kata bahasa Arab yaitu "khayyun" yang berarti "hidup".

     

    Sumber: Kanal Youtube ISI Surakarta Official 

    Perkembangan Gunungan atau Kayon

    Wayang Gunungan atau Kayon ini sempat mengalami beberapa perubahan dari masa ke masa.

    1. Figur Kayon ini pada awalnya ditemukan pada tahun 1522 M, lebih tepatnya pada tahun 1443 Saka yang mana diketahui muncul pada sengkalan meme yang berbunyi "Geni Dadi Sucining Jagat" yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga. 
    2. Selanjutnya, pada figur kayong yang kedua muncul beberapa bentuk baru yang diciptakan oleh Sri Susunan Paku Buwono II pada tahun 1659 Jawa atau 1739 M. Figur kayon kedua ini muncul pada sengkalan meme "Gapura Lima Retuning Bumi". 
    3. Kemudian perkembangan bentuk berikutnya dari figur Kayon ini baru diketahui pada tahun 1896 M terdapat koleksi Museum di Belanda dimana bentuk figur Kayon ketiga ini bernama "Gapuran" dan muncul dengan isian berbentuk Sakembaran (Merangkak) Harimau dan Banteng/Macan dan Banteng.
    Sumber: Kanal Youtube ISI Surakarta Official

    Kerangka Konseptual
    1. Inovasi Figur Kayon tampak pada keragaman bentuk figur Kayon yang dilihat dari aspek bidang dan isiannya. Pendekatan seni rupa dan teori ikonografi.
    2. Inovasi bentuk figur Kayon terjadi karena adanya proses kreatif yang dilakukan secara diaklektis oleh seniman wayang dari pengalamannya terhadap bentuk-bentuk figur Kayon sebelumnya. Pendekaran sosiologis dan teori dialektika.
    3. Nilai filosofis figur Kayon berada pada simbolitas unsur-unsur pembentuknya yang ditemukan pada setiap figur Kayon meski memiliki ragam bentuk dari hasil inovasi. Pendekatan antropologi, teori utama estetika Jawa dan teori pendukung simbol dan estetika paradoks.
    Metode
    Metode penelitian yang digunakan pada kajian seni "Inovasi Bentuk Figur Kayon Wayang Kulit Purwa Gaya Surakarta" ini adalah metode fenomenologi, yaitu berfokus pada penelitian dari segi material figur Kayon gaya Surakarta. Penelitian ini juga didukung dengan materi lisan atau wawancara terhadap Informan sebagai data informasi penelitianProses penciptaanya menggunakan pengalaman estetik dari pencipta, sedangkan pada bidang desain, proses penciptaanya untuk memenuhi kebutuhan dari masyarakat. Pada kajian ini metode analisis deskriptif juga digunakan untuk membantu menggambarkan, menunjukkan, atau meringkas data dengan cara konstruktif.

    Ragam Bentuk Figur Kayon

    Inovasi yang tercipta di dalam bentuk figur Kayon yaitu 5 aspek yang menjadi penanda dari ragam bentuk figur Kayon, antara lain sebagai berikut:

    1. Ukuran, memiliki tinggi sekitar 75-99 cm dan lebar 38-59 cm.
    2. Bidang, terdapat 2 hal yaitu raut dan struktur bidang. Raut memiliki 3 bentuk, yaitu wengku, bedhahan, kadiwengku. Struktur bidang memiliki 3 bentuk yaitu tataran, pucukan, cembung dan kecembung yaitu genuan dan lengkeh, pelemahan bidang datar.
    3. Ragam Isian, dari 25 figur kayon yang dikumpulkan terdapat 97 ragam isian yang terdiri dari  20 jenis tumbuhan,  43 jenis hewan,  6 jenis makhluk mitologi,  11 jenis benda alam,  13 jenis buatan, dan 4 jenis simbol.
    4. Ragam Tatahan, terdapat 14 ragam tatahan yang terdiri dari bubukan, tratasan, untu walang, bubukan iring, mas-masan, gubahan, srunen, inten-intenan, sekar katu, patran, seritan, sembuliyan, pipil, dan susruk.
    5. Ragam Sunggingan, terdapat 2 hal yang perlu menjadi fokus utama, yang pertama adalah tentang bagaimana teknik dari sunggingan yang digunakan dan yang kedua adalah ragam sunggingan yang ada didepan dan dibelakang. Sunggingan depan ada sorotan, gemblegan, padang bulan. Sunginggan belakang sunggingan api dan air.

    Aspek-aspek figur Kayon yang diadaptasi sebagai "ilustrasi" antara lain: 
    1. Bidang kayon yang diadaptasi sebagai bentuk dasar sekaligus batas pengisian objek gambar. 
    2. Struktur bidang yang diadaptasi sebagai pembagian ruang-ruang yang akan digunakan untuk distribusi isian atau objek gambar. 
    3. Struktur isian yang digunakan sebagai pedoman persepsi yang akan dicapai.
    Adapun unsur-unsur yang dibutuhkan dalam ilustrasi yang berlatar cerita antara lain: gaya visual, tokoh, alur, dan latar.

    Teori

    Teori yang digunakan dalam "Inovasi Bentuk Figur Kayon Wayang Kulit Purwa Gaya Surakarta" ini adalah teori Golden RatioTerdapat 2 perbandingan Golden Ratio yang digunakan untuk diuji sebagai eksperimen yaitu perbandingan rasio 2:1 dan perbandingan rasio 5:3

    Eksperimen ini menggunakan 3 tahap teknik untuk menggambar.

    1. Grid system dasar
    2. Bidang dasar
    3. Layout
    Dari eksperimen ini menggunakan dua perbandingan 11:6 dan 13:7 dari dua bandingan ini yang memenuhi syarat perbandingan itu lebih kecil 2:1 bisa sama dengan 5:3 itu ada pada perbandingan 13:7 menetapkan bidang ideal dari figur Kayon itu, yaitu dibentuk dari perbandingan 13:7.

    Struktur Bidang Figur Kayon:

    1. Pucukan yang memiliki bentuk seperti kerucut
    2. Genukan yang memiliki bentuk ke arah cembung
    3. Lengkeh yang memiliki bentuk ke arah cekung
    4. Palemahan yang memiliki bentuk seperti bidang datar

    Komposisi isian Figur Kayon:

    1. Bagian pucukan terdiri dari pohon hayat yang berisi Hewan terbang, Hewan bergelantungan, Hewan merangkak (Sakembaran), dan Makhluk mitologis
    2. Bagian Genukan terdiri dari Lar. Pada Kayon Blumbangan terdiri dari kolam dan pada Kayon Gapuran terdiri dari atap bangunan.
    3. Bagian Lengkeh pada Kayon Blumbangan terdiri dari objek alam dan pada Kayon Gapuran terdiri dari bangunan.
    4. Bagian Palemahan kosong/isian tidak terkait.

    Warna yang terdapat pada Figur Kayon:

    1. Hitam
    2. Merah
    3. Kuning
    4. Putih.

    Inovasi bentuk figure kayon wayang kulit purwa gaya Surakarta memunculkan ragam bentuk figur yang memiliki estetikanya yang disebut dengan Wanda kayon.

    Wanda Kayon

    Sumber: Kanal Youtube ISI Surakarta Official

    Kayon memiliki dua wanda yang berbeda, Wanda Wadon memiliki bentuk gempal, sedangkan Wanda Lanang memiliki bentuk yang ramping. Pada pengetahuan atau pengalaman estetis dalam bentuk citra fisik memiliki Persepsi Kayon, Persepsi Gunungan, dan Persepsi Bentangan Alam. Sedangkan pada pengalaman estetis dalam bentuk rasa memiliki keistimewaan bentuk dan nilai sakral.

    Obyektivasi Bentuk Figur Kayon

    1. Proses Kreatif (Adaptasi revitalisasi dan reinterpretasi)
    2. Pengalaman Artistik (Sketsa konsep dan Teknik gambar seperti tatah dan sungging)

    Penggunaan Figur Kayon 

    1. Pembuka Pertunjukan
    2. Pembatas Kelir
    3. Pengganti Adegan
    4. Pembagi Babak
    5. Penjelma Objek
    6. Penunjuk Tempat
    7. Penguat Suasana
    8. Penutup Pertunjukan

    Sumber: Kanal Youtube ISI Surakarta Official

    Pentradisian Bentuk Figur Kayon
    1. Sosialisasi
    2. Re-Eksternalisasi
    Inovasi bentuk figur Kayon pada wayang kulit purwa gaya Surakarta terjadi karena seniman mengalami pengalaman estetis dan pengalaman artistik sehingga memunculkan dialektika pada bentuk figur Kayon.

    Nilai Filosofis pada  figur Kayon
    Nilai filosofis pada bentuk figur Kayon merupakan pandangan manusia terhadap dunia yang disebut dengan kosmologi, yang terdiri dari tiga bentuk, yaitu:
    1. Makrokosmos: memiliki nilai filosofis tentang jagat ageng dari unsurnya, triloka yang dilihat dari struktur bidangnya.
    2. Mikrokosmos: Jagat alit dilihat dari unsurnya, dan karep adalah konsep bentuk dari figur kayon.

    3. Metakosmos: dapat dilihat dari pola yaitu; sangkan paraning dumadi dan memayu hayuning bawana.
            
    Kesimpulan
    Inovasi bentuk figur kayon wayang kulit purwa gaya Surakarta memunculkan ragam bentuk figur yang memiliki estetikanya yang disebut dengan wanda kayon. Inovasi bentuk figur kayon pada wayang kulit purwa gaya Surakarta terjadi karena seniman mengalami pengalaman estetis dan pengalaman artistik sehingga memunculkan dialektika bentuk figur Kayon. Nilai filosofis pada bentuk figur Kayon merupakan pandangan manusia terhadap dunia yang disebut dengan kosmologi, yang terdiri dari tiga bentuk, yaitu makrokosmos, mikrokosmos, dan metakosmos.

    Hasil Inovasi/Temuan
    1. Kajian inovasi bentuk figur Kayon
    2. Kaidah bentuk figur Kayon
    3. Bentuk ideal bidang Kayon (perbandingan ukuran dan teknik gambar)
    4. Wanda Kayon
    5. Lukisan Kayon
    Sekian untuk kajian kali ini. Saya sangat berterima kasih kepada kalian yang mau membacanya hingga selesai. Sampai jumpa lagi di cerita dan kajian selanjutnya! Bye-bye~


    Alda Miranti | 202146500756 | R4J








    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar