Sabtu, 01 April 2023

Tugas 3: Literature Review pada Objek Desain

Sumber: Alda Miranti

Jurnal 1

Judul: Analisis Semiotika Struturalisme Ferdinand de Saussure pada Film "Berpayung Rindu"

Objek: Film "Berpayung Rindu"

Pendekatan/Metode: Deskriptif Kualitatif

Analisis: Penggunaan teori Ferdinand de Saussure dapat dilihat dari penanda (Signifier) dan petanda (Signified) serta makna dari iklan tersebut yaitu film ini lebih mengarahkan ke pesan moral terlihat dari adegan per episodenya yang mana film ini mengisahkan sepasang suami istri yang berpisah karena perselingkuhan dan yang menjdai korban adalah sang anak yang akibatnya sang anak kehilangan kasih sayang salah satu dari orang tuanya yaitu seorang ibu.

Kesimpulan: Berdasarkan hasil analisis semiotika Ferdinand de Saussure terdapat tanda-tanda yang ditampilkan pada film web series “Berpayung Rindu”. Film ini tidak terlepas dari kemampuan sutradara dalam membaca situasi dan menyesuaikan dengan kondisi zaman. Film ini menampilkan beberapa adegan visual, dan teks yang memeliki makna pembelajaran dan pembentukan karakter terhadap seseorang. 


Jurnal 2

Judul: Analisis Semiotika Ferdinand de Sausussure pada Insert Budaya "Tanampo" di Sriwijaya Radio

Objek: Insert Budaya pada "Tanampo" di Sriwijaya Radio

Pendekatan/Metode: Deskriptif Kualitatif

Analisis: Penggunaan teori Ferdinand de Saussure dapat dilihat dari penanda (Signifier) dan pertanda (Signified)  beserta  pesan  moral  yang  terkandung  dalam  insert  tersebut  dimana  mengisahkan seorang  pemuda  pada zaman  dahulu  bernama  Dempo Awang yang  durhaka  terhadap  orang tuanya sehingga dia mengalami nasib buruk ketika  sedang berlayar yang membuat kapalnya karam  dan  bekal  sembako  yang  dibawanya  tenggelam  dikarenakan  sumpahan  yang  ia  dapat dari Ibunya.

Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian analisis semiotika Ferdinand de Saussure terkait pada insert budaya "Tanampo" di Sriwijaya Radio ada beberapa tanda yang disebutkan. Kemampuan para kreatif insert budaya "Tanampo" dalam menyampaikan pesan tersebut dapat membuat para pendengar merealisasikan ke dalam pikiran mereka, sehingga menimbulkan theatre of mind pendengar itu sendiri. Oleh karena itu, pesan moral yang ada pada insert budaya "Tanampo" tersebut dapat tersampaikan dengan baik dan mudah dipahami.


Jurnal 3

Judul: Analisis Semiotika Ferdinand de Saussure sebagai Representasi Nilai Kemanusiaan dalam Film "The Call"

Objek: Nilai Kemanusiaan dalam Film "The Call"

Pendekatan/Metode: Kualitatif

Analisis: Penerapan teori Ferdinand de Saussure untuk analisis film “The Call” akan dilihat dari adegan, dialog dan setting. Menurut Saussure, spek lain dari penanda, yaitu mitos, yang artinya menandai suatu masyarakat dimana mitos tersebut terletak pada tingkat kedua dari penandaan. Setelah terbentuk sistem tanda (sign) – penanda (Signifier) – petanda (Signified), tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru.

Kesimpulan: Nilai kemanusiaan di representasikan melalui adegan, adegan yang menggambarkan nilai kemanusiaan dalam scene yang telah dianalisis yaitu adanya rasa kepedulian terhadap sesama, dimana sosok Jordan yang memperhatikan warga yang sedang dalam keadaan darurat yang diculik menandakan bahwa Jordan memiliki rasa kepedulian pada sesama. Pada adegan juga memperlihatkan rasa peduli. Rasa keperdulian adalah salah satu cerminan rasa kemanusiaan. Pada adegan yang menandakan adanya rasa peduli dilihat dari adegan Jordan dimana ia berusaha untuk mengerahkan semua tenaganya untuk membantu Casey dari serangan penculiknya hal ini berarti seorang petugas telepon darurat memiliki hati nurani dan rasa kemanusiaan juga. Dari kedua adegan tersebut merepresentasikan nilai kemanusiaan.


Objek Desain: Film Animasi Bakuman (バクマン。)

Film Animasi Bakuman ini saya tonton ketika saya masih duduk di bangku SMP. Film Animasi Bakuman ini menceritakan tentang ilustrator hebat bernama Moritaka Mashiro dan pengarang cerita amatir bernama Akito Takagi, pada saat itu mereka merupakan siswa kelas 3 SMP, mereka bercita-cita untuk menjadi pembuat manga. Dalam alur filmnya terlihat proses mereka berdua merintis karirnya dari nol hingga sukses menjadi mangaka terkenal. Sangat terkenal hingga komik yang mereka buat ini diadaptasi menjadi sebuah animasi. Setelah saya menonton film animasi ini saya jadi tergerak dan kagum mengamati alur ceritanya, mengamati bahwa proses dalam menuju suatu keberhasilan itu sungguh panjang. Ditambah lagi saya yang memiliki hobi menggambar tergerak setelah nonton film animasi ini dan memutuskan untuk lebih fokus dalam menekuninya dengan banyak berlatih. Hal ini juga yang merupakan salah satu pemicu saya untuk menjadi seorang Mahasiswa DKV. 

Pendekatan/Metode: Deskriptif Kualitatif

Analisis: Film animasi Bakuman dapat dikaitkan dengan teori semiotika oleh Ferdinand de Saussure melalui konsep tanda atau "sign". Saussure memandang tanda sebagai hubungan antara sebuah "signifier" atau bentuk fisik dari tanda dan "signified" atau konsep yang direpresentasikan oleh tanda tersebut.

Dalam film Bakuman, Moritaka Mashiro dan Akito Takagi memutuskan untuk menciptakan manga atau buku komik, yang pada dasarnya adalah bentuk tanda. Mereka menciptakan tanda-tanda ini dalam bentuk gambar dan kata-kata yang merepresentasikan ide dan cerita mereka.

Selain itu, film ini juga menunjukkan betapa kompleksnya proses penciptaan tanda tersebut, yang membutuhkan kerja keras dan dedikasi. Seperti yang diperlihatkan dalam film, Moritaka dan Akito harus mengasah keterampilan mereka dalam menggambar dan menulis, serta memahami pasar dan keinginan pembaca untuk menciptakan tanda-tanda yang sukses.

Dengan demikian, melalui film animasi Bakuman, kita dapat melihat bagaimana konsep-konsep semiotik Saussure dapat diterapkan dalam konteks penciptaan tanda-tanda dalam bentuk manga.

Kesimpulan: Kaitannya dengan keputusan saya untuk menjadi mahasiswa DKV, dapat dikatakan bahwa film animasi Bakuman memberikan inspirasi untuk mengejar minat dan bakat dalam seni. Seperti yang ditunjukkan dalam film, kesuksesan dalam menciptakan tanda-tanda dalam bentuk seni membutuhkan komitmen dan ketekunan untuk mempelajari keterampilan dan mengeksplorasi kreativitas. Hal ini sejalan dengan pendekatan semiotika Saussure yang menekankan pentingnya memahami hubungan antara bentuk fisik dari tanda dan konsep yang direpresentasikan oleh tanda tersebut.


Sekian untuk kajian kali ini. Saya sangat berterima kasih kepada kalian yang mau membacanya hingga selesai. Sampai jumpa lagi di cerita dan kajian selanjutnya! Bye-bye~

Alda Miranti | 202146500756 | R4J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar