Senin, 05 Juni 2023

DEFINISI MITOS, METAFORA DAN METONIMI PADA OBJEK FILM ANIMASI PENDEK "AKU BISA"


Sumber : Film Animasi Pendek Kelompok 2 Universitas Indraprasta PGRI

Link : https://youtu.be/IuKr9DCSfQo

Mitos

Definisi mitos ini menggambarkan perjalanan heroik seorang individu bernama Andra yang menghadapi rintangan dan cobaan dalam hidupnya. Beno dan David melambangkan kekuatan negatif yang mewakili godaan dan pengganggu dalam perjalanan hidup Andra. Simbol mata yang berkaca-kaca digunakan untuk menggambarkan kesedihan dan penderitaan yang dialami oleh Andra akibat perlakuan buruk dari Beno dan David. Melalui pengalaman ini, Andra mengalami perubahan emosional yang menggerakkan perjalanan dan transformasinya. Rumah yang gelap menggambarkan keadaan kebingungan, ketidakpastian, dan kekosongan dalam hidup Andra setelah mengalami kekecewaan. Ibu Andra muncul sebagai figur yang bijaksana dan penyembuh, yang membawa cahaya dalam kegelapan dan memberikan dukungan moral kepada Andra.


Cermin adalah simbol penting dalam mitos ini. Pantulan bayangan Andra yang mirip dirinya sendiri sebagai sosok yang berhasil dan berjaya menunjukkan potensi dan impian yang ada dalam dirinya. Ini memberikan harapan, keyakinan, dan inspirasi kepada Andra untuk menghadapi tantangan dan memperjuangkan impian-impiannya. Perjalanan Andra selama 12 tahun menggambarkan perjalanan hidup yang penuh dengan kesulitan dan usaha yang gigih. Melalui tekad dan ketekunan, Andra mencapai kesuksesan dan meraih penghargaan. Pesan yang disampaikan adalah bahwa seseorang tidak boleh menyerah pada impian mereka dan harus terus berusaha hingga mencapainya. Kunjungan Andra ke Tokyo, Jepang, merupakan puncak perjalanan dan pencapaian yang lebih besar dalam hidupnya. Pesan akhir mitos ini adalah tentang pentingnya keteguhan, keyakinan, dan usaha untuk mencapai impian. Hadiah tiket haji untuk Ibunya adalah simbol dari rasa terima kasih dan penghargaan yang dalam atas dukungan dan cinta yang diberikan oleh Ibu kepada Andra. Secara keseluruhan, mitos ini menggambarkan perjalanan heroik seorang individu yang mengatasi rintangan dan mencapai impian melalui perubahan emosional, dukungan moral, keyakinan diri, ketekunan, dan pengabdian.


Metafora

Dalam cerita ini, metafora dapat ditemukan dalam penggambaran mata Andra yang berkaca-kaca. Metafora ini dapat dipahami sebagai gambaran perasaan Andra yang terluka dan sedih akibat perlakuan Beno dan David. Mata yang berkaca-kaca menjadi simbol dari kehancuran emosional Andra dan juga menunjukkan bagaimana perlakuan tersebut mengganggu pandangannya terhadap dunia di sekitarnya. Selain itu, pantulan bayangan diri Andra yang mirip dengan dirinya sendiri ketika dewasa di cermin juga merupakan metafora yang kuat. Bayangan tersebut melambangkan potensi dan harapan Andra untuk menjadi pribadi yang sukses dan menggapai impian-impianya. Hal ini mencerminkan transformasi mental dan semangat yang tumbuh dalam dirinya setelah mendapatkan nasihat dan dukungan dari ibunya. Dengan demikian, penggunaan metafora dalam sinopsis ini menggambarkan perasaan, perjalanan emosional, dan harapan yang dihadapi oleh tokoh utama cerita, Andra. Metafora tersebut memperkuat makna dan emosi cerita dengan menggunakan gambaran-gambaran simbolis yang mengandung pesan-pesan yang lebih mendalam.


Metonimi

Dalam cerita ini, terdapat beberapa contoh penggunaan metonimi. Misalnya, penggunaan kata "mata" dalam kalimat "Andra berjalan kaki dengan mata yang berkaca-kaca" dapat dimaknai sebagai penggantian bagi keseluruhan perasaan dan kondisi emosional Andra. Mata yang berkaca-kaca menjadi simbol dari sedih dan terpuruknya perasaan Andra akibat perlakuan yang tidak menyenangkan dari Beno dan David. Selanjutnya, dalam kalimat "Andra mematikan lampu dan menonton televisi dengan mata yang berkaca-kaca," penggunaan "mata yang berkaca-kaca" secara metonimik melambangkan keadaan kesedihan dan kehancuran emosional yang dialami oleh Andra. Ini mencerminkan keadaan batin Andra yang tercermin dalam tindakan fisiknya.


Selain itu, hadiah berupa tiket naik haji yang diberikan oleh Andra kepada ibunya dapat dipahami sebagai metonimi. Tiket tersebut mewakili kesempatan dan harapan untuk kebahagiaan dan pemenuhan spiritual bagi ibunya. Ini menunjukkan bagaimana Andra memberikan sesuatu yang bernilai dan bermakna sebagai pengganti hadiah yang lebih besar. Dengan demikian, penggunaan metonimi dalam sinopsis ini menggambarkan perasaan, kondisi emosional, dan simbol-simbol yang mewakili makna yang lebih dalam dalam cerita. Melalui penggantian elemen-elemen cerita, metonimi memperkuat pesan dan memungkinkan pembaca atau penonton untuk memahami dan merasakan pengalaman tokoh-tokohnya dengan lebih mendalam.


Nama Kelompok :

1. Alda Miranti 202146500756

2. Surya Ahmad Pajar 202146500758


Rabu, 24 Mei 2023

Mitos dan Pengalaman Estetis dari Video Music Monokrom - Tulus

Music Video Monokrom Karya Tulus
https://youtu.be/QqJ-Vp8mvbk

Mitos dari Music Video monokrom dari tulus ini adalah menampilkan penerkaan kenangan dari memori ingatan seseorang yang sudah tidak begitu jelas, seperti abu-abu atau hitam putih yang mana merupakan warna monokromatik yang kemudian dipilih menjadi judul lagu ini. 


Pengalaman estetis yang saya rasakan seperti saat membuka album foto lama. Disitu saya membayangkan dan menerka-nerka aktivitas apa saja, dan situasi apa yang terjadi pada saat itu. Melihat perubahan yang signifikan terjadi dari masa lalu ke masa sekarang dan di masa sekarang hanya berupa kenangan yang dapat dikenang. 

Salah Satu Foto Pada Album Foto Lama Saya

Pada foto ini saya menerka-nerka pada saat situasi apa Saya dengan Adik, Kakak, dan Sepupu saya ini mengunjungi Seaworld Ancol. Apakah saat sedang liburan, atau perayaan ulang tahun? Dan juga pada tahun berapa foto ini diambil? Semua pertanyaan mengenai kenangan tentang aktivitas di masa lalu yang tertuang dalam sebuah foto ini muncul. Hal ini dikarenakan ingatan dari kenangan yang sudah mulai pudar sehingga tidak jelas dan terasa abu-abu. Sekarang kami semua sudah beranjak dewasa, dan kami hanya bisa menikmati kenangan masa lalu dengan melihat foto-foto yang terdapat pada album-album foto lama.

Sekian untuk kajian kali ini, terima kasih untuk kalian semua yang mau membacanya hingga akhir. Byebye, see you next time~

Alda Miranti | 202146500756 | R4J

Sabtu, 29 April 2023

Tugas: Literature Review 20 Jurnal Semiotika Ferdinand de Saussure

Nama: Alda Miranti              (202146500756)

             Surya Ahmad Pajar (202146500758)

Kelas: R4J

Literature Review


Jurnal 1

Judul: Analisis Semiotika Strukturalisme Ferdinand de Saussure pada Film "Berpayung Rindu"

Objek: Film "Berpayung Rindu"

Pendekatan/Metode: Deskriptif Kualitatif

Analisis: Penerapan teori semiotika Ferdinand de Saussure dapat dilihat dari penanda (Signifier) dan petanda (Signified) serta makna dari iklan tersebut yaitu film ini lebih mengarahkan ke pesan moral terlihat dari adegan per episodenya yang mana film ini mengisahkan sepasang suami istri yang berpisah karena perselingkuhan dan yang menjdai korban adalah sang anak yang akibatnya sang anak kehilangan kasih sayang salah satu dari orang tuanya yaitu seorang ibu.

Kesimpulan: Berdasarkan hasil analisis semiotika Ferdinand de Saussure terdapat tanda-tanda yang ditampilkan pada film web series “Berpayung Rindu”. Film ini tidak terlepas dari kemampuan sutradara dalam membaca situasi dan menyesuaikan dengan kondisi zaman. Film ini menampilkan beberapa adegan visual, dan teks yang memeliki makna pembelajaran dan pembentukan karakter terhadap seseorang. 


Jurnal 2

Judul: Analisis Semiotika Ferdinand de Sausussure pada Insert Budaya "Tanampo" di Sriwijaya Radio

Objek: Insert Budaya pada "Tanampo" di Sriwijaya Radio

Pendekatan/Metode: Deskriptif Kualitatif

Analisis: Penggunaan teori semiotika Ferdinand de Saussure dapat dilihat dari penanda (Signifier) dan pertanda (Signified)  beserta  pesan  moral  yang  terkandung  dalam  insert  tersebut  dimana  mengisahkan seorang  pemuda  pada zaman  dahulu  bernama  Dempo Awang yang  durhaka  terhadap  orang tuanya sehingga dia mengalami nasib buruk ketika  sedang berlayar yang membuat kapalnya karam  dan  bekal  sembako  yang  dibawanya  tenggelam  dikarenakan  sumpahan  yang  Ia  dapat dari Ibunya.

Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian analisis semiotika Ferdinand de Saussure terkait pada insert budaya "Tanampo" di Sriwijaya Radio ada beberapa tanda yang disebutkan. Kemampuan para kreatif insert budaya "Tanampo" dalam menyampaikan pesan tersebut dapat membuat para pendengar merealisasikan ke dalam pikiran mereka, sehingga menimbulkan theatre of mind pendengar itu sendiri. Oleh karena itu, pesan moral yang ada pada insert budaya "Tanampo" tersebut dapat tersampaikan dengan baik dan mudah dipahami.


Jurnal 3

Judul: Analisis Semiotika Ferdinand de Saussure sebagai Representasi Nilai Kemanusiaan dalam Film "The Call"

Objek: Nilai Kemanusiaan dalam Film "The Call"

Pendekatan/Metode: Kualitatif

Analisis: Penerapan teori semiotika Ferdinand de Saussure untuk analisis film “The Call” akan dilihat dari adegan, dialog dan setting. Menurut Saussure, spek lain dari penanda, yaitu mitos, yang artinya menandai suatu masyarakat dimana mitos tersebut terletak pada tingkat kedua dari penandaan. Setelah terbentuk sistem tanda (sign) – penanda (Signifier) – petanda (Signified), tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru.

Kesimpulan: Nilai kemanusiaan di representasikan melalui adegan, adegan yang menggambarkan nilai kemanusiaan dalam scene yang telah dianalisis yaitu adanya rasa kepedulian terhadap sesama, dimana sosok Jordan yang memperhatikan warga yang sedang dalam keadaan darurat yang diculik menandakan bahwa Jordan memiliki rasa kepedulian pada sesama. Pada adegan juga memperlihatkan rasa peduli. Rasa keperdulian adalah salah satu cerminan rasa kemanusiaan. Pada adegan yang menandakan adanya rasa peduli dilihat dari adegan Jordan dimana ia berusaha untuk mengerahkan semua tenaganya untuk membantu Casey dari serangan penculiknya hal ini berarti seorang petugas telepon darurat memiliki hati nurani dan rasa kemanusiaan juga. Dari kedua adegan tersebut merepresentasikan nilai kemanusiaan.


Jurnal 4

Judul: Analisis Semiotika Makna Motivasi pada Lirik Lagu “Laskar Pelangi” Karya Nidji

Objek: Makna motivasi pada lirik lagu "laskar pelangi" karya Nidji

Pendekatan/Metode: Kualitatif Interpretatif

AnalisisPenerapan teori semiotika Ferdinand de Saussure yaitu adanya penanda (signifier) dan petanda (signified). Unsur tersebut akan dipisahkan dan mempermudah untuk melakukan interpretasi terhadap lirik lagu “Laskar Pelangi”. Pemisah antar bait tersebut akan memandu peneliti dalam melakukan interpretasi terhadap lirik lagu “Laskar Pelangi” yang dikaitkan dengan realitas sosial pada saat sang pencipta menciptakan lagu tersebut.

Kesimpulan: Lirik lagu tersebut, tentunya bercerita tentang motivasi dalam menggapai mimpi, motivasi yan tercermin dari bait pertama yang menceritakan tentang bahwa mimpi, angan – angan yang dicita – citakan adalah kunci atau alat yang digunakan untuk membuka harapan –harapan menaklukkan dunia


Jurnal 5

Judul: Analisis Semiotika Poster “Ayo, Lindungi Diri dan Keluarga dari covid-19”

Objek: Poster “Ayo, Lindungi Diri dan Keluarga dari Covid-19”

Pendekatan/Metode: Deskriptif Kualitatif 

Analisis: Penerapan teori semiotika Ferdinand de Saussure terlihat dari adanya Signifier (Penanda) dan Signified (Petanda). Tanda verbal dan tanda visual pada poster ini menggambarkan penanda dan petanda yang merepresentasikan makna dari setiap unsur yang ada pada poster tersebut.

Kesimpulan: Aspek verbal merujuk pada tanda-tanda verbal seperti beberapa kata yang terdapat pada poster tersebut diantaranya; memakai masker dengan benar, mencuci tangan pakai sabun, menjaga jarak minimal 1 meter, vaksinasi covid-19, menghindari kerumunan dan membatasi mobilitas. Sedangkan aspek visual merujuk pada aspek visual yang terdiri dari aspek warna, gambar serta posisi dari gambar yang ada pada poster tersebut.


Jurnal 6

Judul: Nilai-Nilai Budaya Dalam Lagu Ndas Gerih Karya Denny Caknan; Studi Semiotika Ferdinand De Saussure

Objek: Nilai-Nilai Budaya Dalam Lagu Ndas Gerih Karya Denny Caknan

Pendekatan/Metode: Deskriptif Kualitatif

Analisis: Penerapan teori semiotika Ferdinand de Saussure terlihat dari adanya Signifier (Penanda) dan Signified (Petanda). Tanda berupa kata/lirik, suara musik pengiring dan visualisasi video klip ini merepresentasikan nilai-nilai budaya yang ada pada lagu tersebut.

Kesimpulan: Nilai-nilai kebudayaan secara spesifik tersematkan atau tertuang dalam lirik lagu, musik pengiring, atau visualisasi pada video klip. Beberapa bentuk atau unsur budaya yang diangkat pada lagu Ndas Gerih antara lain; bahasa, alat musik gamelan, logat Jawa Mataraman, profesi badut, tradisi kenduri/bancaan, agama Islam, dan tarian rakyat Reog Ponorogo. Nilainilai yang dapat ditelusuri melalui tampilan budaya dalam lagu tersebut terdiri atas nilai tradisi, nilai persaudaraan, nilai religius dan nilai ekonomi.


Jurnal 7

Judul: Analisis Semiotika Ferdinand de Saussure pada Desain Kemasan Bakpia Tugu Jogja

Objek: Desain kemasan bakpia tugu jogja

Pendekatan/Metode: Deskriptif Kualitatif

Analisis: Penerapan teori semiotika Ferdinand de Saussure terlihat dari adanya Signifier (Penanda) dan Signified (Petanda). Tanda verbal seperti tipografi dan tanda visual yaitu siluet monokromatik tugu Jogja pada desain kemasan bakpia tugu Jogja.

Kesimpulan: Desain kemasan produk Bakpia Kukus Tugu Jogja secara garis besar merepresentasikan identitas dari produk tersebut dengan menawarkan inovasi berupa sajian produk bakpia yang modern dan mewah namun tidak  melupakan  nilai-nilai luhur budaya Jawa berupa kebijaksanaan dan kesetaran. Melalui analisis semiotika Ferdinand de Saussure, didapat beberapa penggunaan elemen dan prinsip DKV di dalam tanda-tanda verbal dan visual seperti pemaknaan modern dan mewah tergambarkan dalam penggunaan tipografi sans serif, script, serta objek yang diberi warna emas mengkilap. Sedangkan untuk pemaknaan kebijaksaan dan kesetaran tergambarkan dalam penggunaan warna cokelat tua pada beberapa objek. 


Jurnal 8

Judul: Makna Pesan Lagu “Pilu Membiru”, “Rehat” dan “Sulung” Karya Kunto Aji (Analisis Semiotik Ferdinand de Saussure)

Objek: Makna Pesan Lagu “Pilu Membiru”, “Rehat" dan “Sulung” Karya Kunto Aji

Pendekatan/Metode: Kualitatif

Analisis: Penerapan teori semiotika Ferdinand de Saussure terlihat dari adanya Signifier (Penanda) dan Signified (Petanda)

(A). Aspek penanda dari lagu ini memerlihatkan bahwa „Sulung‟ merupakan lagu dengan lirik paling repetitif di antara kedua lagu lainnya.  Hal  ini  masuk  akal mengingat durasi lagu hanya sepanjang 1 menit dan intensi penulisnya yang mengiginkan penekanan pada makna lagu. 

(B). Aspek pertanda dari lagu ini memerlihatkan diksi yang lebih tegas dari kedua lagu lainnya. Pada "Sulung" kata-kata yang dipakai berkonotasi memerintah dan meminta secara langsung dan bukannya diksi tersembunyi seperti "Pilu Membiru" dan "Rehat". Lirik yang dimaksud berbunyi Cukupkanlah Ikatanmu Relakanlah yang  tak  seharusnya  untukmu, lirik ini diulang sepanjang durasi lagu. 

(C). Aspek signifikasi dari lagu ini sangat jelas, yakni bersyukur dengan apa yang dimiliki dan tidak memaksakan sesuatu  yang memang bukan seharusnya. 

Kesimpulan: Tiga lagu tersebut  berkesinambungan   dimana "Pilu Membiru" mengungkapkan isi hati  orang  yang ditinggalkan  sosok paling    penting    dalam hidupnya, "Rehat" yang mengisyaratkan menghentikan  diri  sejenak  dari ambisi yang mengusai, dan "Sulung" yang  mengingatkan  bahwa  apapun yang terjadi kita harus mencintai diri sendiri. Ketiga pesan yang ingin disampaikan  Kunto  Aji  dalam lagunya ini merupakan problematika hidup   yang   kerap   terjadi   hingga dapat  membuat  seseorang mengalami mental illness


Jurnal 9

Judul: Analisis Semiotika Ferdinand De Saussure Terhadap Film "The Hunger Games"

Objek: Film "The Hunger Games"

Pendekatan/Metode: Deskriptif Kualitatif

Analisis: Terdapat beberapa tanda yang muncul dalam film "The Hunger Games", dan memberikan makna kepada penonton. Salah satu tanda yang dapat dianalisis adalah simbol lambang "The Mockingjay" yang merupakan simbol pemberontakan dan harapan bagi para pemerintah daerah di Distrik 13. Simbol ini juga menjadi representasi dari tokoh utama film, Katniss Everdeen, yang menjadi lambang perlawanan terhadap Capitol. Tanda-tanda yang muncul dalam film "The Hunger Games" memiliki makna dan pesan yang kuat bagi penonton. Melalui tanda-tanda tersebut, film ini berhasil menyampaikan pesan tentang perlawanan terhadap sistem yang tidak adil, kesetiaan pada keluarga dan teman, serta pentingnya persahabatan dan kebersamaan dalam menghadapi kesulitan.

Kesimpulan: Tanda-tanda yang ada dalam film "The Hunger Games" memiliki peran yang sangat penting dalam membangun makna dan pesan kepada penonton. Tanda-tanda tersebut berupa simbol, kostum, dan elemen lain yang muncul dalam film. Dengan menggunakan teori semiotika, penelitian ini dapat membantu untuk lebih memahami dan menginterpretasi tanda-tanda yang ada dalam film sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat lebih mudah dipahami oleh penonton.


Jurnal 10

Judul: Analisis Semiotik Ferdinand de Saussure Terhadap Nilai-Nilai Da’wah Pada Film Nussa dan Rara

Objek: Nilai-nilai da'wah pada film Nussa dan Rara

Pendekatan/Metode: Kualitatif

Analisis: Penerapan teori semiotika Ferdinand de Saussure terlihat dari adanya Signifier (Penanda) dan Signified (Petanda). Pada scene-scene yang telah ditentukan inilah diuraikan dan dijelaskan penanda (signifier) dan petanda (signified)

Kesimpulan: Pada film animasi  Nussa  dan Rara,  terdapat tiga scene yang menggambarkan  adab  dan  akhlak, yaitu scene yang  menjelaskan  tentang berkata baik dan sopan, scene mendoakan yang baik-baik, dan scene berjuang serta berusaha.Tokoh yang ada dalam film tersebut ’yaitu Umma, Nussa, Rara, dan Anta.


Jurnal 11

Judul: Analisis Semiotik Film Ku Kira Kau Rumah (Semiotika Model Ferdinand De Saussure)

Objek: Film Ku Kira Kau Rumah

Pendekatan/Metode: Kualitatif

Analisis: Pada film ini saat perayaan ulang tahun Niskala dalam menit ke 00.00.55-00.01.07. Contoh salah satu penanda dalam menit tersebut ialah Dialog narator “Masih ingat dengan senyumnya? Iya yang menular itu, ternyata tangisnyapun juga. Petandanya ialah Jika Niskala sedang bahagia, kedua sahabat dan orang tuanya ikut bahagia. Namun, jika Niskala sedang sedih kedua sahabat dan orangtuanya pun juga ikut bersedih.

Kesimpulan: Semiotika merupakan metode yang sebuah kajian yang mendalam, sebab itu disarankan untuk penulis lain yang kelak akan meneliti mengenai semiotika untuk mencari makna pesan agar menambah wawasan dan memperbanyak referensi mengenai objek penelitian. Penelitian ini hanya meneliti tentang makna pesan dalam film “Kukira Kau Rumah”. Untuk peneliti selanjutnya dengan topik ataupun fenomena yang serupa agar dapat mengembangkan penelitian. Diharapkan peneliti meneliti respon khalayak terhadap film ini.


Jurnal 12

Judul: Pola Komunikasi Single Father Terhadap Anak Perempuan Dalam Film Drama

Objek: Single Father Terhadap Anak Perempuan Dalam Film FatherHood

Pendekatan/Metode: Paradigma Konstruktivis

Analisis: Ditemukan tanda pada film tersebut yaitu berupa tanda visual seperti adegan, simbol dan dialog

Kesimpulan: Tanda yang merujuk pada pola komunikasi Authoritative yang dilakukan Matthew kepada Maddy, ditunjukkan sikap Matthew yang terbuka, meluangkan waktu bermain bersama anak, dan responsive.


Jurnal 13

Judul: Analisis Semiotika Ferdinand De Sausures Makna Pesan Iklan Rokok A Mild Versi Langkah

Objek: Iklan Rokok A Mild Versi Langkah

Pendekatan/Metode: Kualitatif

Analisis: Penanda yang terdapat dalam iklan Rokok A Mild versi Langkah, langkah ini adalah hasil dari apa yang kita lalui. Hal ini bisa kita ketahui dari beberapa adegan manusia yang beraktifitas dengan ekspresi Langkah sangat ringan dan ia sukai tanpa beban. Ada pula langkah berat, Langkah berderap, langkah sendiri, langkah gak melangkah, langkah melawan arus, langkah penuh dengan penasaran. Adapun petanda dalam iklan Rokok A Mild Versi Langkah adalah hari ini adalah langkah yang kita lalui dari berbagai macam langkah yang ditayangkan.

Kesimpulan: A Mild bertujuan untuk mewakili rokok pemula, pemuda, dewasa serta masyarakat luas, yang sesuai dengan gambar scene dalam iklan seperti langkah berat dan setiap scenenya diperakan oleh pemuda dan orang dewasa.


Jurnal 14

Judul: Representasi Kemiskinan dalam Film Korea Selatan (Analisis Semiotika Model Saussure pada Film Parasite)

Objek: Representasi Kemiskinan dalam Film Parasite

Pendekatan/Metode: Kualitatif

Analisis: Di tengah kemodernan dan mewah ini, film Parasite dibuat untuk menyampaikan pesan massa mengenai apa yang direpresentasikan yakni kemiskinan di Korea Selatan.

Kesimpulan: Beberapa bentuk representasi kemiskinan dalam film digambarkan dengan kecil dan sempitnya rumah tokoh dalam film, hidup sebagai pengangguran, cara orang miskin berperilaku dan berbicara, lingkungan rumah miskin dan cara hidup dikejar-kejar hutang. Meskipun kebutuhan pokoknya terpenuhi, namun karena perbandingan ekonomi dengan keluarga Park membuat keluarga Kim masuk ke dalam kategori miskin relatif.


Jurnal 15

Judul: Analisis Sosok Laisa Dengan Kajian Semiotika Ferdinand De Saussure Pada Novel “Dia Adalah Kakakku” Karya Tere Liye

Objek: Sosok Laisa di Novel Dia Adalah Kakakku

Pendekatan/Metode: Kualitatif

Analisis: Ditemukannya penanda pada sosok Laisa yang merupakan sosok seorang kakak yang Baik Hati, Rela Berkorban, Sosok Yang Kuat, Sosok Yang Mandiri, Sosok Kasih Sayang dan Sosok Yang Sabar pada novel tersebut.

Kesimpulan: Peneliti menemukan penanda dan petanda yang menjadi bentuk tanda sosok Laisa dalam novel Dia Adalah Kakakku Karya Tere Liye.


Jurnal 16

Judul: Analisis Semiotika Saussure Pada Karya Poster Maharani Yang Berjudul “Save Children”

Objek: Poster Save Children

Pendekatan/Metode: Kualitatif

Analisis: analisis sistem penandaan yang terdapat pada poster “Save Children” ini dapat disimpulkan bahwa tanda signifier dan tanda signified cukup jelas pemaknaannya baik dari sisi pesan visual atau pesan verbal yang disampaikan.

Kesimpulan: Melalui proses analisis tanda berdasarkan teori semiotika Saussure diharapkan mampu menjadi pemicu bagi sebagian orang tua untuk memberikan kebebasan kepada anak mereka sesuai dengan norma-norma yang berlaku.


Jurnal 17

Judul: Analisis Semiotik Ferdinand De Saussure Pada Iklan Rokok Class Mild (Act Now) Tahun 2013 Di Youtube

Objek: Iklan Rokok Class Mild Tahun 2013

Pendekatan/Metode: Kualitatif Deskriptif

Analisis: Peneliti memoloh 9 scene karena menggambarkan peradaban masyarakat modern yang dirundung kompleksitas permasalahan hidup

Kesimpulan: Menggunakan analisis semiotika merupakan langkah yang tepat untuk menganalisis tanda, simbol, dan Bahasa dalam suatu iklan karena pada dasarnya semiotika memang digunakan untuk mencari tahu makna dari suatu objek.


Jurnal 18

Judul: Analisis Poster Video Klip Lathi: Kajian Semiotik Ferdinand De Saussure

Objek: Poster Video Klip Lathi

Pendekatan/Metode: Kualitatif

Analisis: Gagasan dalam poster ini mengenai toxic relationship yang terjadi dalam hubungan cinta, dimana pihak tertentu merasa tersakiti.

Kesimpulan: Perasaan cinta membawa suatu kebahagiaan, tetapi yang ada justru rasa tersiksa. Yang akhirnya merubah seseorang dari pribadi yang lugu menjadi pribadi yang tidak punya perasaan.


Jurnal 19

Judul: Konstruksi Nilai-Nilai Nasionalisme Dalam Lirik Lagu (Analisis Semiotik Ferdinand De Saussure Pada Lirik Lagu “Bendera”)

Objek: Lirik Lagu Bendera

Pendekatan/Metode: Kualitatif

Analisis: Lagu Bendera yang dibawakan band Cokelat, memiliki nilai-nilai Nasonalisme yang tinggi. Lirik yang tajam dan penuh makna tentang kecintaan terhadap Negara dan juga dengan irama lagu yang rock membuat lagu tersebut memiliki semangat Nasionalisme yang tinggi pula.

Kesimpulan: Lagu Bendera mengkonstruksi tentang cinta tanah air serta bagaimana menjaganya.


Jurnal 20

Judul: Representasi Pendidikan Karakter Dalam Film Surau Dan Silek (Analisis Semiotik Ferdinand De Saussure)

Objek: Film Surau Dan Silek

Pendekatan/Metode: Deskriptif Kualitatif

Analisis: Terdapat penanda dan petanda pada film yang syarat dengan pendidikan karakter. Film ini tidak terlepas dari kemampuan sutradara dalam membaca situasi dan menyesuaikan dengan kondisi zaman. Film surau dan silek menampilkan beberapa adegan visual, dan teks yang memeliki makna pembelajaran dan pembentukan karakter terhadap pemuda.

Kesimpulan: Menanamkan nilai-nilai religiusitas dan budaya Minangkabau dengan media massa melalui tanda-tanda yang ditampilkan oleh sutradara dalam serial film.


Sekian untuk literature review kali ini. Saya sangat berterima kasih kepada kalian yang mau membacanya hingga selesai. Sampai jumpa lagi di cerita dan kajian selanjutnya! Bye-bye~


Rabu, 05 April 2023

Abstrak Animasi "Aku Bisa"


Abstrak

Animasi "Aku Bisa" ini merupakan karya yang dihasilkan oleh Alda Miranti, Surya Ahmad Pajar dan Iella Rizka Agustin saat UPM Gambar Ilustrasi di semester 3. Animasi ini Sinopsis tersebut menggambarkan kisah tentang Andra yang menghadapi situasi menantang di mana dua teman sekelasnya, Beno dan David, merobek gambarnya dan mengejeknya, membuatnya sedih. Namun, dengan dorongan dan nasihat ibunya, Andra mendapatkan kembali kepercayaan dirinya dan bekerja keras untuk mengejar mimpinya dalam menggambar. Dua belas tahun kemudian, Andra memenangkan kompetisi nasional dan memenuhi keinginan ibunya dengan memberinya hadiah untuk menunaikan ibadah haji ke Mekkah. Urgensi penelitian ini adalah pengembangan teknologi animasi: Penelitian animasi dapat membantu pengembangan teknologi animasi yang lebih baik. Pengembangan industri animasi: Penelitian animasi dapat membantu pengembangan industri animasi yang lebih maju dan berkembang. Peningkatan kualitas dan kreativitas animasi: Penelitian animasi dapat membantu meningkatkan kualitas dan kreativitas animasi. Pemahaman terhadap nilai budaya dalam animasi: Penelitian animasi dapat membantu dalam memahami nilai budaya yang terkandung dalam animasi.  Pengembangan animasi untuk pendidikan: Penelitian animasi dapat membantu pengembangan animasi untuk pendidikan yang lebih efektif.  Urgensi Objek yang dikaji adalah alur cerita, konflik, nilai kemanusiaan dan moral, dan juga visual yang ditampilkan pada animasi ini. Tujuan Penelitian ini adalah memberikan gambaran tentang alur cerita yang dijelaskan dalam animasi tersebut. Karena ini memberikan pemahaman tentang tokoh-tokoh yang terlibat dalam cerita, masalah atau konflik yang dihadapi tokoh utama, dan pesan moral yang diungkapkan melalui cerita. Selain itu, pengkajian ini juga memberikan penekanan pada nilai-nilai positif seperti keberanian, ketekunan, dan semangat pantang menyerah, yang dapat menjadi inspirasi bagi penonton. Metodelogi yang digunakan adalah Deskriptif kualitatif, proses menganalisis mengamati film animasi dan mencermati tanda-tanda yang muncul dalam animasi ini. Teori yang digunakan adalah teori semiotika dari Ferdinand de Saussure, signifier dalam animasi terletak pada karakter visual, alur cerita, latar belakang, ekspresi, gerakan dan mimik wajah. Signified terletak pada pembelajaran tentang nilai kemanusiaan dan nilai moral. Dan signnya sendiri adalah Animasi.


Nama: 

Alda Miranti (202146500756)

Surya Ahmad Pajar (202146500758)

Kelas: R4J




Sabtu, 01 April 2023

Tugas 3: Literature Review pada Objek Desain

Sumber: Alda Miranti

Jurnal 1

Judul: Analisis Semiotika Struturalisme Ferdinand de Saussure pada Film "Berpayung Rindu"

Objek: Film "Berpayung Rindu"

Pendekatan/Metode: Deskriptif Kualitatif

Analisis: Penggunaan teori Ferdinand de Saussure dapat dilihat dari penanda (Signifier) dan petanda (Signified) serta makna dari iklan tersebut yaitu film ini lebih mengarahkan ke pesan moral terlihat dari adegan per episodenya yang mana film ini mengisahkan sepasang suami istri yang berpisah karena perselingkuhan dan yang menjdai korban adalah sang anak yang akibatnya sang anak kehilangan kasih sayang salah satu dari orang tuanya yaitu seorang ibu.

Kesimpulan: Berdasarkan hasil analisis semiotika Ferdinand de Saussure terdapat tanda-tanda yang ditampilkan pada film web series “Berpayung Rindu”. Film ini tidak terlepas dari kemampuan sutradara dalam membaca situasi dan menyesuaikan dengan kondisi zaman. Film ini menampilkan beberapa adegan visual, dan teks yang memeliki makna pembelajaran dan pembentukan karakter terhadap seseorang. 


Jurnal 2

Judul: Analisis Semiotika Ferdinand de Sausussure pada Insert Budaya "Tanampo" di Sriwijaya Radio

Objek: Insert Budaya pada "Tanampo" di Sriwijaya Radio

Pendekatan/Metode: Deskriptif Kualitatif

Analisis: Penggunaan teori Ferdinand de Saussure dapat dilihat dari penanda (Signifier) dan pertanda (Signified)  beserta  pesan  moral  yang  terkandung  dalam  insert  tersebut  dimana  mengisahkan seorang  pemuda  pada zaman  dahulu  bernama  Dempo Awang yang  durhaka  terhadap  orang tuanya sehingga dia mengalami nasib buruk ketika  sedang berlayar yang membuat kapalnya karam  dan  bekal  sembako  yang  dibawanya  tenggelam  dikarenakan  sumpahan  yang  ia  dapat dari Ibunya.

Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian analisis semiotika Ferdinand de Saussure terkait pada insert budaya "Tanampo" di Sriwijaya Radio ada beberapa tanda yang disebutkan. Kemampuan para kreatif insert budaya "Tanampo" dalam menyampaikan pesan tersebut dapat membuat para pendengar merealisasikan ke dalam pikiran mereka, sehingga menimbulkan theatre of mind pendengar itu sendiri. Oleh karena itu, pesan moral yang ada pada insert budaya "Tanampo" tersebut dapat tersampaikan dengan baik dan mudah dipahami.


Jurnal 3

Judul: Analisis Semiotika Ferdinand de Saussure sebagai Representasi Nilai Kemanusiaan dalam Film "The Call"

Objek: Nilai Kemanusiaan dalam Film "The Call"

Pendekatan/Metode: Kualitatif

Analisis: Penerapan teori Ferdinand de Saussure untuk analisis film “The Call” akan dilihat dari adegan, dialog dan setting. Menurut Saussure, spek lain dari penanda, yaitu mitos, yang artinya menandai suatu masyarakat dimana mitos tersebut terletak pada tingkat kedua dari penandaan. Setelah terbentuk sistem tanda (sign) – penanda (Signifier) – petanda (Signified), tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru.

Kesimpulan: Nilai kemanusiaan di representasikan melalui adegan, adegan yang menggambarkan nilai kemanusiaan dalam scene yang telah dianalisis yaitu adanya rasa kepedulian terhadap sesama, dimana sosok Jordan yang memperhatikan warga yang sedang dalam keadaan darurat yang diculik menandakan bahwa Jordan memiliki rasa kepedulian pada sesama. Pada adegan juga memperlihatkan rasa peduli. Rasa keperdulian adalah salah satu cerminan rasa kemanusiaan. Pada adegan yang menandakan adanya rasa peduli dilihat dari adegan Jordan dimana ia berusaha untuk mengerahkan semua tenaganya untuk membantu Casey dari serangan penculiknya hal ini berarti seorang petugas telepon darurat memiliki hati nurani dan rasa kemanusiaan juga. Dari kedua adegan tersebut merepresentasikan nilai kemanusiaan.


Objek Desain: Film Animasi Bakuman (バクマン。)

Film Animasi Bakuman ini saya tonton ketika saya masih duduk di bangku SMP. Film Animasi Bakuman ini menceritakan tentang ilustrator hebat bernama Moritaka Mashiro dan pengarang cerita amatir bernama Akito Takagi, pada saat itu mereka merupakan siswa kelas 3 SMP, mereka bercita-cita untuk menjadi pembuat manga. Dalam alur filmnya terlihat proses mereka berdua merintis karirnya dari nol hingga sukses menjadi mangaka terkenal. Sangat terkenal hingga komik yang mereka buat ini diadaptasi menjadi sebuah animasi. Setelah saya menonton film animasi ini saya jadi tergerak dan kagum mengamati alur ceritanya, mengamati bahwa proses dalam menuju suatu keberhasilan itu sungguh panjang. Ditambah lagi saya yang memiliki hobi menggambar tergerak setelah nonton film animasi ini dan memutuskan untuk lebih fokus dalam menekuninya dengan banyak berlatih. Hal ini juga yang merupakan salah satu pemicu saya untuk menjadi seorang Mahasiswa DKV. 

Pendekatan/Metode: Deskriptif Kualitatif

Analisis: Film animasi Bakuman dapat dikaitkan dengan teori semiotika oleh Ferdinand de Saussure melalui konsep tanda atau "sign". Saussure memandang tanda sebagai hubungan antara sebuah "signifier" atau bentuk fisik dari tanda dan "signified" atau konsep yang direpresentasikan oleh tanda tersebut.

Dalam film Bakuman, Moritaka Mashiro dan Akito Takagi memutuskan untuk menciptakan manga atau buku komik, yang pada dasarnya adalah bentuk tanda. Mereka menciptakan tanda-tanda ini dalam bentuk gambar dan kata-kata yang merepresentasikan ide dan cerita mereka.

Selain itu, film ini juga menunjukkan betapa kompleksnya proses penciptaan tanda tersebut, yang membutuhkan kerja keras dan dedikasi. Seperti yang diperlihatkan dalam film, Moritaka dan Akito harus mengasah keterampilan mereka dalam menggambar dan menulis, serta memahami pasar dan keinginan pembaca untuk menciptakan tanda-tanda yang sukses.

Dengan demikian, melalui film animasi Bakuman, kita dapat melihat bagaimana konsep-konsep semiotik Saussure dapat diterapkan dalam konteks penciptaan tanda-tanda dalam bentuk manga.

Kesimpulan: Kaitannya dengan keputusan saya untuk menjadi mahasiswa DKV, dapat dikatakan bahwa film animasi Bakuman memberikan inspirasi untuk mengejar minat dan bakat dalam seni. Seperti yang ditunjukkan dalam film, kesuksesan dalam menciptakan tanda-tanda dalam bentuk seni membutuhkan komitmen dan ketekunan untuk mempelajari keterampilan dan mengeksplorasi kreativitas. Hal ini sejalan dengan pendekatan semiotika Saussure yang menekankan pentingnya memahami hubungan antara bentuk fisik dari tanda dan konsep yang direpresentasikan oleh tanda tersebut.


Sekian untuk kajian kali ini. Saya sangat berterima kasih kepada kalian yang mau membacanya hingga selesai. Sampai jumpa lagi di cerita dan kajian selanjutnya! Bye-bye~

Alda Miranti | 202146500756 | R4J

Sabtu, 18 Maret 2023

Tugas 2: Hasil Analisis dari Inovasi Bentuk Figur Kayon Wayang Kulit Purwa Gaya Surakarta (Pandu Pramudita, 2023)

    Assalamu'alaikum, salam sejahtera bagi kita semua.

    Pada kali ini saya akan mengkaji sebuah siaran langsung di YouTube yang memiliki judul Live Pascasarjana ISI Surakarta (Ujian Terbuka Promosi Doktor Pandu Pramudita) yang berlangsung pada tanggal 14 Maret 2023 di kanal YouTube ISI Surakarta Official.  Pada Ujian Terbuka Promosi Doktor ini, Pandu Pramudita membahas tentang pengkajian seni dengan judul "Inovasi Bentuk Figur Kayon Wayang Kulit Purwa Gaya Surakarta" pada Program Doktor Seni Pascasarjana Institut Seni Indonesia Surakarta.

    Sumber: Kanal YouTube ISI Surakarta Official

    Latar Belakang

    "Seni wayang kulit memiliki nilai yang tinggi, tidak hanya dari segi pertunjukan dan sastra, tetapi juga dari segi bentuk" (Pandu Pramudita, 2023). Gunungan dalam wayang biasa disebut dengan sebutan "Kayon", yang merupakan salah satu unsur penunjang pertunjukan wayang. Gunungan atau Kayon ini memiliki ragam hias yang sangat unik dan memiliki makna atau arti yang dalam. Disebut Gunungan karena Kayon ini memiliki bentuk segitiga seperti menyerupai bentuk dari gunung. Kata yang disebut kayon ini berasal dari kata bahasa Arab yaitu "khayyun" yang berarti "hidup".

     

    Sumber: Kanal Youtube ISI Surakarta Official 

    Perkembangan Gunungan atau Kayon

    Wayang Gunungan atau Kayon ini sempat mengalami beberapa perubahan dari masa ke masa.

    1. Figur Kayon ini pada awalnya ditemukan pada tahun 1522 M, lebih tepatnya pada tahun 1443 Saka yang mana diketahui muncul pada sengkalan meme yang berbunyi "Geni Dadi Sucining Jagat" yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga. 
    2. Selanjutnya, pada figur kayong yang kedua muncul beberapa bentuk baru yang diciptakan oleh Sri Susunan Paku Buwono II pada tahun 1659 Jawa atau 1739 M. Figur kayon kedua ini muncul pada sengkalan meme "Gapura Lima Retuning Bumi". 
    3. Kemudian perkembangan bentuk berikutnya dari figur Kayon ini baru diketahui pada tahun 1896 M terdapat koleksi Museum di Belanda dimana bentuk figur Kayon ketiga ini bernama "Gapuran" dan muncul dengan isian berbentuk Sakembaran (Merangkak) Harimau dan Banteng/Macan dan Banteng.
    Sumber: Kanal Youtube ISI Surakarta Official

    Kerangka Konseptual
    1. Inovasi Figur Kayon tampak pada keragaman bentuk figur Kayon yang dilihat dari aspek bidang dan isiannya. Pendekatan seni rupa dan teori ikonografi.
    2. Inovasi bentuk figur Kayon terjadi karena adanya proses kreatif yang dilakukan secara diaklektis oleh seniman wayang dari pengalamannya terhadap bentuk-bentuk figur Kayon sebelumnya. Pendekaran sosiologis dan teori dialektika.
    3. Nilai filosofis figur Kayon berada pada simbolitas unsur-unsur pembentuknya yang ditemukan pada setiap figur Kayon meski memiliki ragam bentuk dari hasil inovasi. Pendekatan antropologi, teori utama estetika Jawa dan teori pendukung simbol dan estetika paradoks.
    Metode
    Metode penelitian yang digunakan pada kajian seni "Inovasi Bentuk Figur Kayon Wayang Kulit Purwa Gaya Surakarta" ini adalah metode fenomenologi, yaitu berfokus pada penelitian dari segi material figur Kayon gaya Surakarta. Penelitian ini juga didukung dengan materi lisan atau wawancara terhadap Informan sebagai data informasi penelitianProses penciptaanya menggunakan pengalaman estetik dari pencipta, sedangkan pada bidang desain, proses penciptaanya untuk memenuhi kebutuhan dari masyarakat. Pada kajian ini metode analisis deskriptif juga digunakan untuk membantu menggambarkan, menunjukkan, atau meringkas data dengan cara konstruktif.

    Ragam Bentuk Figur Kayon

    Inovasi yang tercipta di dalam bentuk figur Kayon yaitu 5 aspek yang menjadi penanda dari ragam bentuk figur Kayon, antara lain sebagai berikut:

    1. Ukuran, memiliki tinggi sekitar 75-99 cm dan lebar 38-59 cm.
    2. Bidang, terdapat 2 hal yaitu raut dan struktur bidang. Raut memiliki 3 bentuk, yaitu wengku, bedhahan, kadiwengku. Struktur bidang memiliki 3 bentuk yaitu tataran, pucukan, cembung dan kecembung yaitu genuan dan lengkeh, pelemahan bidang datar.
    3. Ragam Isian, dari 25 figur kayon yang dikumpulkan terdapat 97 ragam isian yang terdiri dari  20 jenis tumbuhan,  43 jenis hewan,  6 jenis makhluk mitologi,  11 jenis benda alam,  13 jenis buatan, dan 4 jenis simbol.
    4. Ragam Tatahan, terdapat 14 ragam tatahan yang terdiri dari bubukan, tratasan, untu walang, bubukan iring, mas-masan, gubahan, srunen, inten-intenan, sekar katu, patran, seritan, sembuliyan, pipil, dan susruk.
    5. Ragam Sunggingan, terdapat 2 hal yang perlu menjadi fokus utama, yang pertama adalah tentang bagaimana teknik dari sunggingan yang digunakan dan yang kedua adalah ragam sunggingan yang ada didepan dan dibelakang. Sunggingan depan ada sorotan, gemblegan, padang bulan. Sunginggan belakang sunggingan api dan air.

    Aspek-aspek figur Kayon yang diadaptasi sebagai "ilustrasi" antara lain: 
    1. Bidang kayon yang diadaptasi sebagai bentuk dasar sekaligus batas pengisian objek gambar. 
    2. Struktur bidang yang diadaptasi sebagai pembagian ruang-ruang yang akan digunakan untuk distribusi isian atau objek gambar. 
    3. Struktur isian yang digunakan sebagai pedoman persepsi yang akan dicapai.
    Adapun unsur-unsur yang dibutuhkan dalam ilustrasi yang berlatar cerita antara lain: gaya visual, tokoh, alur, dan latar.

    Teori

    Teori yang digunakan dalam "Inovasi Bentuk Figur Kayon Wayang Kulit Purwa Gaya Surakarta" ini adalah teori Golden RatioTerdapat 2 perbandingan Golden Ratio yang digunakan untuk diuji sebagai eksperimen yaitu perbandingan rasio 2:1 dan perbandingan rasio 5:3

    Eksperimen ini menggunakan 3 tahap teknik untuk menggambar.

    1. Grid system dasar
    2. Bidang dasar
    3. Layout
    Dari eksperimen ini menggunakan dua perbandingan 11:6 dan 13:7 dari dua bandingan ini yang memenuhi syarat perbandingan itu lebih kecil 2:1 bisa sama dengan 5:3 itu ada pada perbandingan 13:7 menetapkan bidang ideal dari figur Kayon itu, yaitu dibentuk dari perbandingan 13:7.

    Struktur Bidang Figur Kayon:

    1. Pucukan yang memiliki bentuk seperti kerucut
    2. Genukan yang memiliki bentuk ke arah cembung
    3. Lengkeh yang memiliki bentuk ke arah cekung
    4. Palemahan yang memiliki bentuk seperti bidang datar

    Komposisi isian Figur Kayon:

    1. Bagian pucukan terdiri dari pohon hayat yang berisi Hewan terbang, Hewan bergelantungan, Hewan merangkak (Sakembaran), dan Makhluk mitologis
    2. Bagian Genukan terdiri dari Lar. Pada Kayon Blumbangan terdiri dari kolam dan pada Kayon Gapuran terdiri dari atap bangunan.
    3. Bagian Lengkeh pada Kayon Blumbangan terdiri dari objek alam dan pada Kayon Gapuran terdiri dari bangunan.
    4. Bagian Palemahan kosong/isian tidak terkait.

    Warna yang terdapat pada Figur Kayon:

    1. Hitam
    2. Merah
    3. Kuning
    4. Putih.

    Inovasi bentuk figure kayon wayang kulit purwa gaya Surakarta memunculkan ragam bentuk figur yang memiliki estetikanya yang disebut dengan Wanda kayon.

    Wanda Kayon

    Sumber: Kanal Youtube ISI Surakarta Official

    Kayon memiliki dua wanda yang berbeda, Wanda Wadon memiliki bentuk gempal, sedangkan Wanda Lanang memiliki bentuk yang ramping. Pada pengetahuan atau pengalaman estetis dalam bentuk citra fisik memiliki Persepsi Kayon, Persepsi Gunungan, dan Persepsi Bentangan Alam. Sedangkan pada pengalaman estetis dalam bentuk rasa memiliki keistimewaan bentuk dan nilai sakral.

    Obyektivasi Bentuk Figur Kayon

    1. Proses Kreatif (Adaptasi revitalisasi dan reinterpretasi)
    2. Pengalaman Artistik (Sketsa konsep dan Teknik gambar seperti tatah dan sungging)

    Penggunaan Figur Kayon 

    1. Pembuka Pertunjukan
    2. Pembatas Kelir
    3. Pengganti Adegan
    4. Pembagi Babak
    5. Penjelma Objek
    6. Penunjuk Tempat
    7. Penguat Suasana
    8. Penutup Pertunjukan

    Sumber: Kanal Youtube ISI Surakarta Official

    Pentradisian Bentuk Figur Kayon
    1. Sosialisasi
    2. Re-Eksternalisasi
    Inovasi bentuk figur Kayon pada wayang kulit purwa gaya Surakarta terjadi karena seniman mengalami pengalaman estetis dan pengalaman artistik sehingga memunculkan dialektika pada bentuk figur Kayon.

    Nilai Filosofis pada  figur Kayon
    Nilai filosofis pada bentuk figur Kayon merupakan pandangan manusia terhadap dunia yang disebut dengan kosmologi, yang terdiri dari tiga bentuk, yaitu:
    1. Makrokosmos: memiliki nilai filosofis tentang jagat ageng dari unsurnya, triloka yang dilihat dari struktur bidangnya.
    2. Mikrokosmos: Jagat alit dilihat dari unsurnya, dan karep adalah konsep bentuk dari figur kayon.

    3. Metakosmos: dapat dilihat dari pola yaitu; sangkan paraning dumadi dan memayu hayuning bawana.
            
    Kesimpulan
    Inovasi bentuk figur kayon wayang kulit purwa gaya Surakarta memunculkan ragam bentuk figur yang memiliki estetikanya yang disebut dengan wanda kayon. Inovasi bentuk figur kayon pada wayang kulit purwa gaya Surakarta terjadi karena seniman mengalami pengalaman estetis dan pengalaman artistik sehingga memunculkan dialektika bentuk figur Kayon. Nilai filosofis pada bentuk figur Kayon merupakan pandangan manusia terhadap dunia yang disebut dengan kosmologi, yang terdiri dari tiga bentuk, yaitu makrokosmos, mikrokosmos, dan metakosmos.

    Hasil Inovasi/Temuan
    1. Kajian inovasi bentuk figur Kayon
    2. Kaidah bentuk figur Kayon
    3. Bentuk ideal bidang Kayon (perbandingan ukuran dan teknik gambar)
    4. Wanda Kayon
    5. Lukisan Kayon
    Sekian untuk kajian kali ini. Saya sangat berterima kasih kepada kalian yang mau membacanya hingga selesai. Sampai jumpa lagi di cerita dan kajian selanjutnya! Bye-bye~


    Alda Miranti | 202146500756 | R4J